Jumat, 27 Agustus 2010

dollar dari poeplestring

Bagi anda yang suka browsing sambil melakukan aktifitas di jejaring Sosial seperti main Facebook, Twitter dan Myspace dan lain-lain. Di mana kita bisa kirim pesan, bisa mengundang teman, memperbanyak teman, ketemu teman lama, dan banyak banyak lagi. Nah, sekarang ada People String yang akan menjadi teman setia sobat browsing. "People String" adalah Social Community yang langsung membayar $0.50 untuk setiap teman yang Anda tambahkan, plus membayar komisi sampai level 6.
People String sudah menjadi bagian dari lima kekuatan besar dunia dengan anggota kebanyakan dari Amerika dan Canada, India dan Indonesia (6%). Diprediksi akan meledak melebihi Jejaring Sosial Lainnya

Peoplestring begitu diminati untuk saat ini, karena peoplestering adalah sebuah website jejaring sosial yang berkembang sangat pesat dengan membagikan 70% pendapatan iklan mereka yang ditafsir mencapai 600 juta dollar setahun kepada para membernya. Walaupun masih kalah pendapatannya dari facebook yang mampu menghasilkan 1,3 milyar dollar dalam setahun, maklum peoplestring baru direlease 23 september 2009 lalu. Meskipun kalah penghasilan dari facebook, peoplestring tetap diminati karena mau berbagi penghasilan yang di dapatnya dari iklan.

Bagaimana Proses Registrasinya, ini langkahnya :
1. Silahkan buka web url saya peoplestring.com
2. Lalu Klik link "Sign Up Now" yang ada pada kotak sebelah kanan di bawah form login.(biasanya tulisanya yg berwrna kuning)
3. Pilih username yang anda inginkan, username ini akan menjadi alamat e-mail peoplestring anda nantinya.
4. Pilih tipe account: free account atau Entrepreneur Package. Masing-masing memiliki kelebihan. Bila anda tidak mau keluar biaya (gratis) maka pilih tipe Free Account aja.
5. Klik tombol "Signup" lalu isi formulir pendaftaran online.
6. Terakhir, anda aktifasi pendaftaran anda melalui link yang dikirimkan ke -email anda oleh pihak peoplestring.langsung cek email anda dan klik link dari peoplestring..anda akan di bawa ke halaman login..langsung login pake username dan password anda saat anda daftar..

Pada saat pendaftaran anda diterima, maka di inbox anda sudah tercantum bonus $0.03-$0.10 untuk anda. Anda juga bisa mendapat tambahan $0.10 dollar dengan mengkonfirmasi facebook yang anda miliki pada peoplestring. Selain itu, anda bisa mendapatkan $ 1,5 dollar dengan selesaikan 1 survey (berisi 30 pertanyaan) terlebih dahulu dengan mengklik link "Take Your Survey and Enter Your Codes" di bagian Mailbox-Cashbox...telusuri di bagian tengah akan ada menu Mailbox-Cashbox...ada tulisan merah "Take Your Survey and Enter Your Codes" ..klik tulisan tsbt..

Pertanyaan survey-nya cukup sederhana koq, anda hanya disuruh memilih atau menentukan suatu jawaban dengan mencentang atau memilih suatu pilihan yang sudah ditentukan. Setelah selesaikan survey, klik link Return to Mailbox-Cashbox.
Selanjutnya tunggu satu dua hari sampai pihak PeopleString mem-verifikasi data survey dan alamat anda, jika disetujui maka anda akan mendapatkan mendapatkan Card melalui e-mail. Masukkan code yang ada di Card tersebut melalui link yang tersedia di inbox PeopleString anda agar anda bisa mulai menghasilkan uang dengan sering-sering membuka email PeopleString anda.

Manfaat tak terhingga dari People String:
1. $1.53-$1.60 langsung setelah selesai registrasi.
2. $0.50 untuk setiap teman yang Anda ajak bergabung.
3. Komisi dari setiap teman dalam group Anda sampai level 6: 20% (direct referral) dan (6% level) 2-6 untuk entrepreneur member, 5% (direct referral) dan 2% (level 2-6) untuk free member.
4. Selain itu anda bisa mendapat dollar tambahan melalui peoplepoint (didapat melalui login peoplestring, login browsing google, cek survey di mailbox cashbox lalu back to home, klik salah satu katagori shopping, lalu back to home, dan bermain game) sebesar $ 1 dollar/3000 PP, bermain games yang berada di peoplestring.

Bagaimana Cara untuk mendapatkan benefit tersebut?
Caranya gampang. Anda mendaftar secara gratis kemudian mengajak beberapa teman untuk bergabung sebagai teman lagi di People String.
apabila saldo anda telah mencapai $ 25 dollar maka dapat dicairkan melalui AlertPay.

Rabu, 11 Agustus 2010

Secondary Traumatic Stress (STS)

A. Pengertian Secondary Traumatic Stress (STS)
Bidang traumatologI (studi mengenai individu yang mengalami trauma) telah mencapai perkembangan yang pesat di akhir dekade ini (Figley, 1995). Salah satu kontribusinya adalah meningkatnya kesadaran bahwa seseorang akan mengalami dampak psikologis yang berat ketika mengalami kejadian yang traumatik. Oleh sebab itu, pada tahun 1980, American Psychiatric Association mempublikasikan adanya diagnosis Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dalam Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder (Third Edition) (DSM-III). Diagnosis ini melihat simtom-simtom yang umumnya dialami oleh individu-individu yang mengalami trauma sebagai gangguan psikiatris. PTSD merepresentasikan betapa berbahayanya pengaruh biopsikososial dari pengalaman traumatis.
Konsep PTSD mendorong penelitian-penelitian di bidang traumatologi. Dari ratusan penelitian dilaporkan bahwa ternyata individu yang tergolong mengalami trauma bukan hanya korban trauma itu sendiri (victims) tapi juga mencakup mereka yang terkena trauma secara tidak langsung (Pickett, 1998).
Atau dengan kata lain, individu dapat mengalami trauma tanpa harus secara fisik berhadapan dengan peristiwa traumatik atau mendapatkan ancaman bahaya secara langsung. Selain itu, hanya dengan mendengar tentang kejadian traumatik itupun dapat berpotensi untuk membawa kondisi traumatik. Tidak hanya keluarga dari seseorang yang mengalami trauma yang rentan terhadap trauma sekunder, tetapi juga para pekerja kesehatan mental dan orang-orang lain yang ingin menolong korban (Figley, 1995).
Figley (1995) juga menyebut kondisi tersebut sebagai “reaksi secondary catastrophic stress”, yang berarti bahwa empati terhadap pengalaman orang lain menghasilkan ketegangan emosional (seperti kesedihan, kemarahan, dll). Hal ini merupakan “harga” dari memberikan perhatian, kepedulian, dan pertolongan pada individu yang mengalami trauma.
Berdasarkan definisi di atas, maka STS merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan gangguan atau rasa sakit psikologis yang berkembang pada para profesional kesehatan mental yang bekerja dengan klien yang mengalami trauma (Chrestman dalam Stamm, 1999). Meskipun STS merupakan suatu konsekuensi yang alamiah akibat seseorang mendampingi orang lain yang mengalami trauma, namun tentu saja konsekuensi ini dapat menimbulkan stres yang sangat berat.
Dampak Secondary Traumatic Stress
Para peneliti telah membandingkan efek trauma klien pada pekerja kesehatan mental dengan simtom-simtom PTSD (Conrad dan Perry dalam Hesse, 2002). Mereka sependapat bahwa bekerja dengan klien yang mengalami trauma memiliki efek yang tak dapat dielakkan, mengganggu, dan jangka panjang pada terapis, dan bahwa reaksi ini mungkin saja terjadi tanpa memandang suku, jenis kelamin, usia, dan tingkat keahlian atau profesional seseorang (Edelwichdan Brodsky, dalam Hesse, 2002). Beberapa peneliti yakin bahwa STS dihasilkan dari proses pemaparan dari pengalaman traumatik yang dialami oleh orang lain. Figley dan Stamm (Stamm, 1999) melihat bahwa pengalaman bekerja dengan klien yang mengalami trauma dapat mengubah diri seorang konselor atau terapis menjadi lebih baik atau buruk. Dengan demikian, peristiwa dan pengalaman traumatis klien juga mempengaruhi kehidupan pribadi konselor.
reference

Neale, Jhon M, Gerald, C. Davison & David, A F Haaga. 1995. Exploring Abnormal Psychology. New York: VG Bild kunst.

Skripsi. PTSD Pada Perempuan Korban Trafficking Buruh Migran Yang Mengalami Kekerasan. Oleh Evi Nurhayanti. Fakultas Psikologi. 2007.





Minggu, 08 Agustus 2010

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)


Banyak dari kita memiliki pengalaman-pengalaman traumatik – ditinggal oleh orang yang dicintai, menderita penyakit serius, perceraian, kecelakaan, pelecehan seksual, melihat kejadian mengerikan dan lain-lain. Pada saat itu, kita mungkin akan merasa sangat gelisah atau takut, atau mengalami kesedihan yang mendalam. Tetapi biasanya rasa sakit hati akan berlalu, dan kehidupan menjadi lebih normal.
Namun sering seseorang yang mengalami suatu kejadian yang menakutkan atau pengalaman yang mengubah situasi kehidupan akan mengalami stress berat di mana ingatan-ingatan itu tidak berkurang, bahkan untuk sesaat. Pada beberapa orang, pengalaman di atas sangat ekstrem sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan yang dialami. Seseorang yang merasa seperti ini mungkin menderita Post Traumatic Stress Disorder, atau PTSD.
A. Pengertian Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka (Cerney, dalam Pickett, 1998). Kata trauma digunakan untuk menggambarkan kejadian atau situasi yang dialami oleh korban. Kejadian atau pengalaman traumatik akan dihayati secara berbeda-beda antara individu yang satu dengan lainnya, sehingga setiap orang akan memiliki reaksi yang berbeda pula pada saat menghadapi kejadian yang traumatik. Pengalaman traumatik adalah suatu kejadian yang dialami atau disaksikan oleh individu, yang mengancam keselamatan dirinya (Lonergan, 1999). Oleh sebab itu, merupakan suatu hal yang wajar ketika seseorang mengalami shock baik secara fisik maupun emosional sebagai suatu reaksi stres atas kejadian traumatik tersebut. Kadangkala efek aftershock ini baru terjadi setelah beberapa jam, hari, atau bahkan berminggu-minggu.

Menurut Kaplan dan sadock (1997) dalam bukunya synopsis psikiatri, pasien yang diklasifikasikan sebagai penderita gangguan stres paska trauma, mereka harus mengalami suatu stres emosional yang besar yang menyebabkan traumatik bagi hampir setiap orang.
Menurut Stamm (1999), stres traumatik merupakan suatu reaksi yang alamiah terhadap peristiwa yang mengandung kekerasan (seperti kekerasan kelompok, pemerkosaan, kecelakaan, dan bencana alam) atau kondisi dalam kehidupan yang mengerikan (seperti kemiskinan, deprivasi, dll). Kondisi tersebut disebut juga dengan stres pasca traumatik (atau Post Traumatic Stress Disorder/ PTSD).
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa PTSD adalah sejenis gangguan kecemasan umum yang berkembang setelah mengalami kejadian yang menakutkan atau serangan fisik maupun perasaan terancam. Dimana, gejalanya dapat berupa pengalaman kembali kejadian traumatis, lebih sensitive, dan penumpulan emosi.
B. Penyebab PTSD
Seseorang mengembangkan PTSD adalah akibat respon terhadap suatu trauma yang ekstrem – sebuah kejadian yang mengerikan yang seseorang alami, saksikan, atau dipelajari, terutama yang mengancam hidup atau yang menyebabkan penderitaan fisik. Pengalaman tersebut menyebabkan seseorang merasakan takut yang sangat kuat, atau perasaan tidak berdaya.
Kaplan dan Sadock (1997) mengatakan bahwa gangguan stress paska traumatic dapat tampak pada setiap usia, namun paling menonjol pada dewasa muda, karena sifat situasi yang mencetuskannya. Untuk wanita, paling sering adalah penyerangan dan pemerkosaan. Jumlah perempuan yang mengalami trauma adalah dua kali dibandingkan dengan kaum pria. Gangguan kemungkinan terjadi pada mereka yang sendirian, bercerai, janda, mengalami gangguan ekonomi, atau menarik diri secara sosial.
C. Gejala PTSD
Gejala-gejala Stres pasca trauma adalah sebagai berikut:
1. Terdapat stressor yang berat dan jelas (kekerasan, perkosaan, bencana, perang,dll), yang akan menimbulkan gejala penderitaan yang berarti bagi hampir setiap orang.
2. Penghayatan yang berulang dari trauma itu yang dibuktikan oleh terdapatnya paling sedikit satu dari hal berikut:
• Ingatan berulang dan menonjol tentang peristiwa itu
• Mimpi-mimpi yang berulang dari peristiwa itu
• Timbulnya secara tiba-tiba perilaku atau perasaan, seolah-olah peristiwa traumatic itu sedang timbul kembali, karena berkaitan dengan suatu gagasan atau stimulus/rangsangan.
3. Pengumpulan respon terhadap, atau berkurangnya hubungan dengan dunia luar, yang mulai beberapa waktu sesudah trauma, dan dinyatakan paling sedikit satu dari hal berikut:
• Berkurangnya secara jelas minat terhadap satu atau lebih aktivitas yang cukup berarti
• Persaan terlepas atau terasing dari orang lain
• Afek (alam persaan) yang menyempit atau afek depresif (murumg,sedih, putus asa)
4. Paling sedikit ada dua dari gejala-gejala berikut ini yang tidak ada sebelum trauma terjadi, yaitu:
• Kewaspadaan atau reaksi terkejut berlebihan
• Gangguan tidur (disertai mimpi-mimpi yang mengelisahkan)
• Persaan bersalah karena lolos dari bahaya maut, sedangkan orang laintidak, atau merasa bersalah tentang perbuatan yang dilakukannya agar tetap hidup
• Kesukaran konsentrasi
• Penghindaraan diri dari aktivitas yang membangkitkan ingatan tentang peristiwa traumatic itu.
Refereance
Kaplan, Harold I, Sadock, Benjamin J, & Grebb, Jack. A. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.

Senin, 07 Juni 2010

pandangan islam mengenai kecerdasan

A. Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan (dalam bahasa inggris disebut intelligence dan bahasa Arab disebut al-dzaka) menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan (al-qudrah) dalam memahami secara sempurna.
J.P chaplin merumuskan tiga definisi kecerdasan, yaitu: (1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru dengan cepat dan efektif; (2) Kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif yang meliputi empat unsur seperti memahami, berpendapat, mengontrol, dan mengkritik; (3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali.
Willian Stern mengemukakan bahwa intelegensi berarti kapasitas umum dari seorang induvidu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru, keadaan rohani secara umum yang disesuaikan dengan problema-problema kehidupan.

B. Macam-macam Kecerdasan
1. Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual adalah yang berhubungan dengan proses kognitif seperti berpikir, daya menghubungkan, dan menilai atau mempertimbangkan sesuatu. Atau, kecerdasan yang berhubungan dengan strategi pemecahan masalah dengan menggunakan logika. Menurut Thurstone, dengan teori faktornya, menentukan 30 faktor yang menentukan kecerdasan intelektual, tujuh diantaranya yang dianggap paling utama untuk elabilitas-ebilitan mental, yaitu : (1) mudah dalam mempergunakan bilangan; (2) Baik ingatan; (3)Mudah menangkap hubungan-hubungan percapakan; (4) Tajam Penglihatan; (5) Mudah menarik kesimpulan dari data yang ada; (6) Cepat mengamati; dan (7) cakap dalam memecahkan berbagai problem. Kecerdasan ini disebut juga kecerdasan rasio (rational intelligence), sebab ia menggunakan potensi rasio dalam memecahkan masalah.
Dengan kehadiran konsep-konsep baru tentang kecerdasan, maka IQ tidak lagi bermakna intelligence quotient, melainkan intellectual quotient. Perbahan ini sebagai bandingan dengan istilah EQ (emotional quotient), MQ (Moral quotient), dan SQ (spiritual quotient).

2. Keceradan Emosional
Goleman mendefinisikan emosi dengan perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi juga merupakan reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi dengan perasaan (feeling) yang kuat atau disertai keadaan efektif.
Crow and Crow mendefinisikan emosi dengan suatu keadaan yang mempengaruhi dan menyertai penyesuaian di dalam diri secara umum, keadaan yang merupakan penggerak mental dan fisik bagi individu dan yang dapat dilihat melalui tingkah laku.
Salovey dan Meyer menggunakan istilah kecerdasan emosi untuk menggambarkan sejumlah kemampuan mengenali emosi dari sendiri, mengenali orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Ciri utama pikiran emosional adalah respons yang cepat tetapi ceroboh, mendahulukan perasaan daripada pemikiran, realitas simbolik yang seperti anak-anak, masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang, dan realitas yang ditentukan oleh keadaan.
Kecerdasan emosional merupakan hasil kerja dari otak kanan, sedangkan kecerdasan intelektual merupakan hasil kerja otak kiri. Menurut Deporter dan Hernacki, otak kanan manusia memiliki cara kerja yang logis, sekuensial, rasional, dan linier.
Kendala yang sering menghalangi kecerdasan emosi adalah rasa malu, tidak mampu mengekspresikan perasaan, terlalu emosional, perasaan yang mendua, frustasi, tidak ada motivasi diri, sulit berempati, dan sulit berteman.

3. Kecerdasan Moral
Robert Coles mengemukakan bahwa kecerdasan moral seolah-olah bidang ketiga dari kegiatan otak setelah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional) yang berhubungan dengan kemampuan yang tumbuh perlahan-lahan untuk merenungkan mana yang benar dan mana yang salah, dengan menggunakan sumber emosional dan intelektual pikiran manusia. Indicator kecerdasan moral adalah bagaimana seseorang memiliki pengetahuan tentang moral yang benar dan yang buruk, kemudian ia mampu menginternalisasikan moral yang benar ke dalam kehidupan nyata, dan menghindarkan diri dari moral yang buruk. Orang yang baik adalah orang yang memiliki kecerdasan moral, sedangkan orang yang jahat merupakan orang yang “idiot” moral.
Poedjawijatna mendefinisikan moral dengan “sikap dan tindakan yang mengacu pada baik dan buruk. Normanya adalah menentukan benar salah sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik dan buruknya. Sementara Bourke mendefinisikan moral (sebagai pandangan etika) dengan sudut pandang studi sistematis tentang tindakan manusia dari sudut pandang benar-salah, yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan puncak. Objek material adalah tindakan manusia, sebagai objek formalnya adalah kualitas kebenaran dan kesalahan dalam perilaku.

4. Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall mendefenisikan kecerdasan sprirtual sebagai puncak kecerdasan, setelah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan moral. Meskipun terdapat benang merah antara kecerdasan spiritual dan kecerdasan moral, namun muatan kecerdasan spiritual lebih dalam, lebih luas dan lebih transenden daripada kecerdasan moral. Kecerdasan spiritual merupakan konsep yang berhubungan dengan bagaimana sseorang ‘cerdas’ dalam mengelola dan mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas-kualitas kehidupan spiritualnya. Kehidupan spiritual disini meliputi hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) yang memotivasi kehidupan manusia untuk senantiasa mencarai makan hidup dan mendambakan hidup yang bermakna.
5. Kecerdasan beragama
Kecerdasan beragama adalah kecerdasan qalbu yang menghubungkan dengan kualitas beragama dan ketuhanan. Kecerdasan ini mengarahkan pada seseorang untuk berperilaku secara benar, yang puncaknya menghasilkan ketaqwaan secara mendalam, denagn dilandasi oleh eman kompetensi keimanan, lima kompetensi keislamaman, dan multi kompetensi ihksan.
C. Bentuk-bentuk kecerdasan intelektual, emosianal, moral, spiritual, dan agama dalam psikologi islam
Bentuk-bentuk kecerdasan qalbiah seperti kecerdasan intelektual, emosi, moral, spiritual, dan beragama sulit dipisahkan, sebab semuanya merupakan perilaku qalbu. Barangkali yang dapat membedakannya adalah niat dan motivasi yang mendorong perilaku qalbiah, apakah perilaku itu berasal dari insaniah atau ilahiah. Adapun bentuk-bentuk kecerdasan qalbiah yaitu :
Pertama, kecerdasan ihkbat, yaitu kondisi qalbu yang meniliki kerendahan dan kelembutan hati, merasa tenang dan khusyu dihadapan Allah, dan tidak menganiaya orang lain. Kecerdasan ikhbat dapat diartikan sebagai kondisi qalbu yang kembali dan mengabdi denagn kerendahan hati kepada Allah, merasa tenang jika berzikir kepada-Nya, tunduk dan dekat kepada-Nya. Kondisi ikhbat merupakan dasar bagi terciptanya kondisi jiwa yang tenang, yakin dan percaya kepada Allah.
Kedua, kecerdasan zuhud. Secara harfiah zuhud berarti berpaling, menganggap hina dan kecil, serta tidak merasa butuh terhadap sesuatu. Kecerdasan zuhud memiliki tiga tingkatan : pertama, zuhud dari hal-hal yang syubhat. Kedua, zuhud dari penggunaan harta yang berlebihan. Dan ketiga, zuhud dalam zuhud.
Ketiga, kecerdasan wara’. Wara’ adalah mejaga diri dari perbuatan yang tidak baik, yang dapat menurunkan derajat dan kewibawaan diri seseorang.
Keempat, kecerdasan dalam berharap baik (Raja’). Raja’ ialah berharap terhadap sesuatu kebaikan terhadap Allah SWT dengan disertai usaha yang sungguh-sungguh dan tawakkal. Hal itu tentunya berbeda dengan al-Tamanni (angan-angan), sebab merupakan harapandengan bermalas-malasan tanpa disertai dengan usaha.
Raja’ dapat berupa harapan seseorang terhadap pahala setelah ia melakukan ketaatan kepada Allah SWT, atau harapan ampunan darinya setelah ia bertobat dari dosanya. Menurut Ibnu Qayim raja’memiliki tiga tingkatan; pertama harapan yang mendorong seseorang untuk berusaha dengan sungguh-sungguh, sehingga melahirkan kenikmatan batin dan meninggalkan larangan. Kedua, harapan orang-orang yang mengadakan latihan, agar ia dapat membersihkan hasratnya dan terhindar dari kemudhorotan masa depan. Ketiga, harapan kalbu seseorang untuk bertemu pada Tuhannya dan kehidupannya dimotivasi oleh kerinduan kepadanya.
Kelima, kecerdasan Ri’ayah. Ialah memelihara pengetahuan yang pernah diperoleh dan mengaplikasikannya dengan perilaku nyata. Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah, ilustrasi ini menunjukkan bahwa pendekatan perolehan ilmu bukan hanya melalui fakultas piker belaka, tapi juga harus menyertakan fakulta dzikir. Gabungan keduanya akan melahirkan ulu al-bab, yaitu orang yang beriman dan beramal shaleh. Dan kecerdasan ini merupakan bentuk kecerdasan intelektual-qalbiah.
Menurut Ibnu Qayyim, orang yang telah berilmu memiliki tiga tingkat;pertama, Riwayah yaitu seseorang yang hanya sekedar menerima dan meriwayatkan ilmu pengetahuan dari orang lain. Kedua, Dirayah, yaitu orang yang berusaha memahami, menganalisa, mengkritisi, dan memikirkan maknanya. Ketiga, Riayah, yaitu orang yang mengaplikasikan apa yang diketahui melalui perbuatan nyata.
Keenam, kecerdasan Muqorrobah. Yaitu berarti kesadaran seseorang bahwa Allah SWT mengetahui dan mengawasi apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diperbuatnya baik lahir maupun batin. Sehingga tidak sedetikpun waktu yang terbuang untuk mengingat-Nya.
Ketujuh, kecerdasan Ikhlas. Yaitu kemurnian dan ketaatan yang ditujukan kepada Allah semata, dengan cara membersihkan perbuatan baik lahir maupun batin. Menurut al-Qurthubi dalam tafsirnya, ikhlas dikaitkan pada kondisi ibadah seseorang yang terhindar dari perbuatan penyekutuan Tuhan dengan sesuatu. Sedangkan menurut Qayyim, ikhlas dibagi ke dalam tiga tingkat; pertama, tidak menganggap bernilai lebih terhadap perbuatan yang dilakukan. Kedua, merasa malu terhadap perbuatan yang telah dilakukan sambil berusaha sekuat tenaga untuk memperbaikinya. Ketiga, berbuat dengan ikhlas melalui keihlasan dalam berbuat yang didasarkan atas ilmu dan hukum-hukum-Nya.
Kedelapan, kecerdasan istiqomah. Ialah berarti melakukan suatu pekerjaan baik melalui prinsip kontinuitas dan keabadian. Ibnu Qoyyim membagi istiqomah dalam tiga tingkatan; Pertama, istiqomah dalam arti kesederhanaan dalam bersungguh-sungguh sehingga tidak melampaui batas pengetahuan, ikhlas dan sunnah. Kedua, Istiqomah keadaan, dengan menyaksikan hakikat sesuatu berdasarkan ilmu dan cahaya kesadaran. Hakikat ini meliputi hakikat Kauniyah dan hakikat Diniyyah. Ketiga, istiqomah dengan cara tidak menganggap berarti istiqomah yang pernah dilakukan, sehingga ia terus berusaha untuk beristiqomah pada jalan yang benar.
Kesembilan, kecerdasan Tawakkal, yaitu menyerahkan diri sepenuh hati, sehingga tiada beban psikologis yang dirasakan. Dalam hal ini tawakkal yang dimaksud adalah mewakili atau menyerahkan semua urusan kepada Allah SWT, sebagai Zat yang mampu menyelesaikan semua urusan.
Tawakkal menghindarkan seseorang dari sikap meterialis, dikatakan demikian karena tawakkal menuntut seseorang untuk menggunakan harta benda secukupnya, meskipun batas kecukupan itu relative. Untuk memperoleh tawakkal yang sesungguhnya, Ibnu Qayyim memberikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut; >memiliki keyakinan yang benar tentang kekuasaan dan kehendak Allah, mengetahui hukum sebab akibat akan urusan yang dikerjakan, memperkuat qalbu dengan tauhid, menyandarkan qalbu kepada Allah SWT dan merasa tenang disisinya, memiliki persangkaan yang baik terhadap Allah SWT, menyerahkan Qolbu sepenuhnya kepada Allah dan menghalau apa saja yang merintangi, pasrah atau menyerahkan segala urusan kepada-Nya.
Kesepuluh, Kecerdasan Sabar. Berarti menahan, maksudnya menahan diri dari hal-hal yang dibenci dan menahan lisan agar tidak mengeluh. Sabar dalam pandangan ibnu Qayyim terbagi atas dua macam pengertian; Pertama, sabar adalah menahan diri dari segala yang tidak menyenangkan, Kedua sabar adalah ketabahan yang disertai sikap berani, melawan dan menentang terhadap sesuatu yang menimpah.
Ibnu Qayyim selanjutnya mengemukakan tiga terminology sabar yang mencerminkan stratifikasinya. Pertama, stratifikasi al-tashabbur, yaitu sabar terhadap kesulitan dan tidak merasakan adanya kesedihan. Kedua, al- shabr yaitu sikap yang tidak merasa terbeban iterhadap adanya musibah dan kesulitan. Ketiga, al-ishtibar yaitu menikmati musibah dengan perasaan gembira.
Lebih lanjut Ia menyebut tiga jenis sabar; pertama, sabar bi-Allah yaitu sabar yang lazim di perankan oleh kebanyakan orang, yang selalu mengharap pertolongan dari-Nya. Kedua, sabar li-Allah yaitu sabar yang diperankan oleh al-muridin yang motif sabarnya tidak lain karena Cinta kepada Allah. Ketiga sabar ma’a-Allah yaitu sabar yang dilakukan oleh orang-orang yang menempuh jalan spiritual dengan cara tunduk dan senang melaksanakan perintah-Nya.
Kesebelas, kecerdasan Ridho, adalah rela terhadap apa yang dimiliki dan diberikan. Ridho merupakan kedudukan spiritual seseorang yang diusahakan setelah ia melakukan tawakkal. Untuk mengukur benar tidaknya ridho seseorang, Ibnu Qayyim memberikan batasan-batasan, tiga diantaranya adalah; Pertama, sebagai pihak yang pasrah seorang hamba harus rela terhadap pilihan Allah SWT karena hal itu mengandung hikmah. Kedua, hamba yakin bahwa takdir Allah SWT baik tentang nikmat atau cobaan tidak akan berubah. Ketiga, sebagai hamba, seorang tidak boleh benci atau marah terhadap pilihan atau pemberian Tuhannya.
Keduabelas, kecerdasan Syukur, adalah menampakkan nikmat Allah SWT. Syukur dilakukan dengan tiga tahap; pertama, mengetahui nikmat, dengan cara memasukkan dalam ingatan bahwa nikmat yang diberikan oleh pemberi telah sampai pada penerima. Kedua, menerima nikmat dengan cara menampakkan pada pemberi bahwa ia sangat butuh terhadap pemberian-Nya dan tidak minta lebih. Ketiga, memuji pemberian-nya dengan cara membaca hamdalah.
Ibnu Qayyim membagi syukur ke dalam tiga tingkatan; pertama, sukur terhadap sesuatu yang dicintai. Kedua, syukur terhadap sesuatu yang dibenci. Ketiga, syukur tanpa mengenal objek yang diterima.
Ketigabelas, kecerdasan malu. Malu berarti kepekaan diri yang mendorong untuk meninggalkan keburukan dan menunaikan kewajiban. Malu merupakan tanda bagi kehidupan qalbu seseorang.
Keempatbelas, kecerdasan jujur. Adalah kesesuaian antara yang diucapkan dengan kejadian yang sebenarnya. Kesesuaian antara yang dirahasiakan dengan yang ditampakkan,dan perkataan yang benar ketika berhadapan pada orang yang ditakuti atau yang diharapkan. Adapun pembagian jujur, yaitu jujur dalam perkataan, jujur dalam perbuatan, dan jujur dalam keadaan.
Kelimabelas, kecerdasan mendahulukan atau mementingkan kepentingan orang lain (al-itsar). Yang dimaksud di sini adalah bukan yang berkaitan dengan ibadah mahdhah, tetapi dalam hal mu’amalah. Dalam soal beribadah seorang hamba harus berlomba untuk mencapai derejat yang lebih tinggi di hadapan Allah, tetapi dalam soal mu’amalah, mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepentingan pribadi merupakan kecerdasan emosional yang baik. Puncak dari kecerdasan ini adalah adalah kedermawanan.
Keenambelas, keecrdasan tawadhu. Berarti sikap qalbu yang tenang, berwibawah, rendah hati, lemah lembut tanpa disertai rasa jahat, congkak, dan sombong. Bersikap tawadhu bukan berarti menunjukan sikap kebodohan seseorang melainkan menunjukan sikap kedewasaannya.
Ketujuhbelas, kecerdasan mu’ruah. Artinya sikap kewiraan yang menjunjung sikap manusia yang agung. Kecerdasan mu’ruah meliputi pengalaman perilaku yang baik dan meninggalkan perilaku yang buruk serta menjauhkan diri dari perbuatan rendah dan hina.
Kedelapanbelas, kecerdasan dalam menerima apa adanya atau seadanya (qana’ah). Qana’ah dianggap sebagai kecerdasan bila seseorang dapat merasa lepas dari segala tuntutan yang berada di luar kemampuannya, ia justru dapat menikmati apa yang dimiliki meskipun menurut orang lain kenikmatan itu sangat minim.
Kesembilanbelas, kecerdasan taqwa. Kecerdasan in merupakan puncak kecerdasan qalbiah. Sebab untuk mencapai tahapan ini seseorang telah melewati seluruh tahapan-tahapan kecerdasan. Orang memiliki predikat muttaqin (orang-orang yang bertqwa) telah mampu mengintegrasikan dirinya secara benar, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, alam semesta, apalagi terhadap Tuhannya.
D. METODE MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN QALBIAH
Kalbu merupakan struktur nafsani yang paling dekat dengan fitrah al-ruh. Upaya menumbuhkan kecerdasan qalbiah adalah dengan cara menyediakan fasilitas dan peluang yang memandai terhadap kehidupan ar-ruh, agar ia dapat mengaktual secara sempurna. Kebutuhan ar-ruh yang paling esensial adalah kembali kepada kesucian dan fitrah
Para Nabi dan orang-orang sholih mempunyai kecerdasan Qolbiah melalui cara pensucian jiwa (tazkiyah al-nafs) dan latihan-latihan spiritual. Mereka menempuah cara-cara yang khusus sesuai dengan pengalaman spiritual pribadinya, tetapi cara pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan tobat, dalam arti kembali kepada fitrah al-ruh yang terhindar dari segala dosa dan maksiat, sehingga memancarkan cahaya ilahi.

Rabu, 02 Juni 2010

Psikoterapi islam

A. PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
Menurut Carl Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit. Psikoterapi kini juga digunakan untuk orang sehat atau pada mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua. Menurut pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain digunakan untuk fungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan), dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat).
Psikoterapi sangat berguna untuk:
1. Membantu penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri, memberi perspektif masa depan yang lebih cerah.
2. Membantu penderita mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi, dan
3. Membantu penderita menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan pengobatannya.
B. BENTUK-BENTUK DAN TEKNIK PSIKOTERAPI
Muhammad Abd al-‘Aziz al-Khalidi membagi obat (syifa’) ke dalam dua bagian: Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat menyembukan penyakit fisik, seperti berobat dengan madu, air buah-buahan yang disebutkan dalam al-Quran. Sunnahnya digunakan untuk menyembuhkan kelainan jasmani. Kedua, obat ma’nawi, obat yang sunnahnya menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan dalam al-Quran.
Kepribadian merupakan produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Aspek ruhani menjadi esensi kepribadian manusia, sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Oleh karena itu maka kelainan kepribadian disembuhkan dengan pengobatan ma’nawi. Demikian juga kelainan jasmani sering kali disebabkan oleh kelainan ruhani maka cara pengobatannya pun harus dengan sunnah pengobatan ma’nawi.
Al-Razi, dokter sekaligus filosof muslim mengatakan bahwa, tugas seorang dokter disamping mengetahui kesehatan jasmani dituntut juga mengetahui kesehatan jiwa. Hal itu menurutnya dilakukan untuk menjaga keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, agar tidak terjadi keadaan yang minus atau berlebihan. Hal ini menunjukkan urgensinya suatu pengetahuan tentang psikis. Pengetahuan psikis tidak sekedar berfungsi untuk memahami kepribadian manusia, tetapi juga untuk pengobatan penyakit jasmaniah dan ruhaniah. Banyak diantara kelainan jasmani diakibatkan oleh kelainan jiwa manusia. Penyakit jiwa seperti stress, dengki, iri hati, dan lainnya sering kali menjadi penyebab utama penyakit jasmani.
Muhammad Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori; Pertama, bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan psikis setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata. Kedua, bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual dan agama.
Sampai saat ini, sebagaimana dikemukakan Atkinson, terdapat enam teknik psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog, antara lain:
1. Teknik Terapi Psikoanalisa
Bahwa di dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik ini mempunyai pengaruh kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.
2. Teknik Terapi Perilaku
Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi diri perilaku.
3. Teknik Terapi Kognitif Perilaku
Teknik modifikasi perilaku individu dan mengubah keyakinan maladatif. Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik.
4. Tenik Terapi Humanistik
Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau orang lain.
5. Teknik Terapi Eklektik atau Integratif
Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu. Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual, dan depresi.
6. Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga
Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan arang tua-anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya.
Berbagai teknik terapi di atas, tidak satupun menyebutkan teknik terapi ukhrawi. Freud bahkan dalam The Future of an Ilusion menganggap bahwa orang yang memeluk suatu agama berarti ia telah menderita delusi, ilusi dan obsesional neurosis yang berasal dari ketidakmampuan manusia dalam menghadapi kekuatan alam di luar dirinya dan juga kekuatan insting dari dalam dirinya sendiri. Agama merupakan kumpulan neurosis yang disebabkan oleh kondisi serupa dengan kondisi yang menimbulkan neurosis pasa anak-anak.
Teori Freud ini kemudian dibantah oleh Carl Jung putra mahkotanya sendiri. Jung terpaksa mengadakan penelitian pada mitologi, agama, alkemi dan astrologi. Penelitiannya ini dapat membantu archetipe-archetipe yang sulit diperoleh dari sumber-sumber kontemporer. Selanjutnya Allport juga membantah teori Freud. Para psikolog kontemporer tidak menemukan patologi-patologi yang terjadi pada pemeluk agama yang salih. Pemeluk agama yang salih justru mampu mengintegrasikan jiwanya dan tidak pernah mengalami hambatan-hambatan hidup secara serius. Dengan demikian, teori Freud yang hanya mengutamakan psikoterapi duniawi tidak dapat dipertahankan lagi dan dipandang perlu untuk penambahan psikoterapi lain yang dikaitkan dengan kehidupan agama, yakni psikoterapi ukhrawi yang berasaskan agama.
الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ - وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ - وَإِذَامَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ .
(yaitu Rabb) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Rabbku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku (QS. As-Syu’ara : 78 – 80)
Psikoterapi dalam Islam dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Psikoterapi hati itu ada lima macam :
1. Membaca Al-Quran sambil mencoba memahami artinya;
2. Melakukan shalat malam;
3. Bergaul dengan orang yang baik atau salih;
4. puasa
5. zikir malam hari yang lama

1. membaca Al-qur’an
Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab didalamnya memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti keimanan pasien.
Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ada dua pendapat dalam memahami term syifa’ dalam ayat tersebut. Pertama, terapi bagi jiwa yang dapat menghilangkan kebodohan dan keraguan, membuka jiwa yang tertutup, serta dapat menyembuhkan jjwa yang sakit; kedua, terapi yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, baik dalam bentuk azimat maupun tangkal. Sementara Al-Thabathaba’I mengemukakan bahwa syifa’ dalam Al-Qur’an memiliki makna “terapi ruhaniah” yang dapat menyembuhkan penyakit batin. Al-Thabathaba’I jiga mengemukakan bahwa Al-Quran juga dapat menyembuhkan penyakit jasmani, baik melalui bacaan atau tulisan.
Menurut al-Faidh al-Kasyani dalam Tafsirnya mengemukakan bahwa lafal-lafal al-Quran dapat menyembuhkan penyakit badan, sedangkan makna-maknanya dapat menyembuhkan penyakit jiwa. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, bacaan al-Quran mampu mengobati penyakit jiwa dan badan manusia. Obat yang mujarab yang dapat mengobati kedua penyakit ini adalah hidayah al-Quran.
Kemukjizatan lafal al-Quran bukan hanya perkalimat, tetapi perkata, bahkan perhuruf. Hal itu dianalogikan dengan sabda Nabi bahwa pahala membaca al-Quran bukan perkalimat atau perkata, tetapi per huruf. Apabila al-Quran dihadapkan pada orang yang sehat mentalnya, maka ia bernilai konstruktif. Artinya, ia dapat memperkuat dan mengembangkan integritas dan penyesuaian kepribadian dirinya. Karena itu, berobat dengan menggunakan al-Quran, baik secara lahiriah maupun batiniah, tidak hanya ketika dalam kondisi sakit, namun sangat dianjurkan dalam kondisi sehat.
2. Shalat diwaktu malam
Shalat tahajjud memiliki banyak hikmah. Diantaranya adalah (1) setelah melakukan ibadah tambahan (nafilah), baik dengan shalat maupun membaca al-Quran, maka dirinya mendapatkan kedudukan terpuji dihadapan Allah SWT; (2) memiliki kepribadian sebagaimana kepribadian orang-orang salih yang selalu dekat (taqqarub) kepada Allah SWT, terhapus dosanya dan terhindar dari perbuatan munkar; (3) jiwanya selalu hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu dan ketenteraman, bahkan Allah SWT menjajikan kenikmatan surga baginya; (4) doanya diterima, dosanya mendapatkan ampunan dari Allah SWT, dan diberi rizki yang halal dan lapang tanpa susah payah mencarinya; (5) sebagai ungkapan rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT sebagai rasa syukur, nabi SAW sendiri selalu melakukan tahajjud walaupun tumit kakinya bengkak.
Setelah shalat sunat di malam hari, amalan yang perlu dilakukan adalah berdo’a, berdzikir dan membaca wirid, sebab berdoa di malam hari mudah dikabulkan oleh Allah SWT. Sabda Nabi SAW : “Sesuatu yang lebih mendekatkan Tuhan kepada hamba-Nya di tengah malam adalah apabila engkau mampu melakukan zikir kepada Allah maka lakukanlah.”
Shalat juga merupakan terapi psikis yang bersifat kuratif, preventif, dan konstruktif sekaligus. Pertama, shalat membina seseorang untuk melatih konsentrasi yang integral dan komprehensif.hal itu tergambar dalam niat dan khusyu’. Kedua, shalat dapat menjaga kesehatan potensi-potensi psikis manusia, seperti potensi kalbu untuk merasa (emosi), potensi akal untuk berpikir (kognisi), dan potensi syahwat (appetite) dan ghadab (defense) untuk berkarsa (konasi). Denga shalat, seseorang dapat menjaga dua dari lima prinsip kehidupan. Lima prinsip kehidupan itu adalah memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara kehormatan dan harta benda. Dengan shalat ia mampu menjaga agamanya, sebab shalat merupakan tiang agama. Demikian juga ia dapat menjaga akalnya agar terhindar dari segala zat yang membahayakan. Ketiga, shalat mengandung doa yang dapat membebaskan manusia dan penyakit batin.
Dosa adalah penyakit (psikopatologi), sedang obat (psikoterapi)-nya adalah taubat. Shalat adalah manifestasi dari taubat seseorang, karena dalam shalat seseorang kembali (taba) pada Pencipta-nya.salah satu indikator taubat adalah mengakui kesalahan dan dosa-dosa yang diperbuat. Dengan pengakuan akan dosa dan permohonan untuk penghapusan dosa dalam doa iftitah, menghantarkan seseorang untuk kembali pada fitrah aslinya yang terbebas dari segala penyakit batin. Bahkan dalam hadis lain, shalat lima waktu dapat membersihkan fisik dan psikis seseorang seperti orang yang membersihkan tubuhnya lima kali dalam sehari semalam.
3. Bergaul dengan orang shalih.
Orang yang salih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi kehidupan. Dalam tradisi kaum sufi, seseorang yang shalih dan dapat menyembuhkan penyakit ruhani manusia disebut dengan al-thabib al-ilahi atau mursyid. Menurut al-Syarqawi, adalah al-thabib al-murabbi (dokter pendidik). Dokter seperti ini lazimnya memberikan resep penyembuhan kepada pasiennya melalui dua cara, yaitu:
1. negative (al-salabi), dengan cara membersihkan diri dari segala sifat-sifat dan akhlak yang tercela.
2. positif (al-ijabi), dengan mengisi diri dari sifat-sifat atau akhlak yang terpuji.
Menurut Sa’id Hawwa, menyatakan bahwa zikir, wirid, dan amalan-amalan tertentu belum cukup untuk mengobati penyakit jiwa, melainkan diperlukan ilmu yang disertai dengan mujahadah. Baik mursyid maupun al-thabib al-ilahi, keduanya memiliki-pinjam istilah Abraham Maslow-pengalaman puncak (peak experience), sebab selain mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok juga melakukan perluasan diri (extension of the self) dengan ibadah-ibadah khusus.
4. Melakukan puasa.
Puasa disini adalah menahan diri dari segala perbuatan yang dapat merusak citra fitri manusia. Pembagian puasa ada 2:
1. Puasa fisik, yaitu menahan lapar,haus, dan berhubungan seks.(bukan miliknya atau bukan pada tempatnya)
2. Puasa psikis, yaitu menahan hawa nafsu dari segala perbuatan maksiat.
Puasa juga mampu menumbuhkan efek emosional yang positif, seperti menyadari akan kemaha kuasaan Allah SWT, menumbuhkan solidaritas dan kepedulian terhadap orang lain, serta menghidupkan nilai-nilai positif dalam dirinya untuk aktualisasi diri sebaik mungkin. Hikmah lapar menurut Al-Ghazali:
- Menjernihkan Qalbu dan mempertajam pandangan
- Melembutkan Qalbu sehingga mampu merasakan kenikmatan batin
- Menjauhkan prilaku yang hina dan sombong
- Mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah
- Memperlemah syahwat dan tertahannya nafsu amarah yang buruk
- Mengurangi jam tidur dan memperkuat kondisi terjaga dimalam hari untuk ibadah
- Mempermudah seseorang untuk selalu tekun beribadah
- Menyehatkan badan dan jiwa serta menolak penyakit
- Menumbuhkan sikap mendahulukan suka membantu orang lain dan mudah bersedekah.
5. Zikir
Zikir dalam arti sempit memiliki makna menyebut asma-asma Allah dalam berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti luas mengingat segala keagungan dan kasih saying Allah SWT yang telah diberikan,serta dengan menaati perintahnya dan menjauhi larangannya.
Dua makna yang terkandung dalam lafal zikir menurut At-Thabathabai:
1. Kegiatan psikologis yang memungkinkan seseorang memelihara makna sesuatu yang diyakini berdasarkan pengetahuannya atau ia berusaha hadir padanya (istikdhar)
2. Hadirnya sesuatu pada hati dan ucapan seseorang.
Zikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas zikir mendorong seseorang untuk mengingat, menyebut kembali hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT semata, sehingga zikir mampu memberi sugesti penyembuhannya.
Melakukan zikir sama halnya nilainya dengan terapi rileksasi, yaitu satu bentuk terapi dengan menekankan upaya mengantarkan pasien bagaimana cara ia harus beristirahat dan bersantai-santai melalui pengurangan ketegangan atau tekanan psikologis. Kunci utama keadaan jiwa mereka itu adalah karena melakukan zikir.firman Allah SWT:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(QS. Al-Ra’d:28)
Cara berzikir:
1. Zikir Jabar, zikir yang dikeraskan baik melalui suara maupun gerakan. Fungsinya adalah untuk menormalisasikan kembali fungsi system jaringan syaraf,sel-sel, dan semua organ tubuh.
2. Zikir Sirr, zikir yang diucapkan dalam hati.
Kesimpulan kelima terapi diatas adalah terapi dengan doa dan munajat. Doa adalah permohonan kepada Allah SWT agar segala gangguan dan penyakit jiwa yang dideritanya hilang. Allah yang memberikan penyakit dan Dia pula yang memberikan kesembuhan. Doa dan munajah banyak didapat dalam setiap ibadah, baik dalam shalat, puasa, haji, maupun dalam aktivitas sehari-hari. Agar doa dapat diterima maka diperlukan syarat-syarat khusus, diantaranya dengan membaca istigfar terlebih dahulu. Istigfar tidak hanya berarti memohon ampunan kepada Allah, tetapi lebih esensial lagi yaitu memiliki makna taubat.
Yang unik dalam psikoterapi islam adalah keberadaannya sangat subyektif dan teosentris. Dalam melakukan terapi, masing-masing individu memiliki tingkat kualitas yang berbeda seiring pengetahuan, pengalaman, dan pengamalan yang dimiliki. Tentunya hal itu mempengaruhi tingkat kemujaraban terapi yang diberikan. Perbedaan itu dapat dipahami sebab dalam islam mempercayai adanya anugrah dan kekuatan agung diluar kekuatan manusia, yaitu Tuhan.

Selasa, 01 Juni 2010

Psikologi Forensik

Psikologi forensik adalah interface dari psikologi dan hukum, dan merupakan aplikasi dari psikologi, khusunya dari psikologi klinis, pada masalah-masalah yang dihadapi oleh jaksa, polisi, dan lain-lain untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan keadaan sipil, kriminal, dan administratif (civil, criminal, administrative justice) .
Bidang yang dinamakan psikologi forensik mencakup peran psikolog dalam menentukan beberapa hal-hal penting, yaitu:
1. Psikolog dapat menjadi saksi ahli. Ada perbedaan antara saksi ahli dengan saksi biasa, seorang saksi ahli harus mempunyai kualifikasi.
2. Psikolog dapat menjadi penilai dalam kasus-kasus kriminal.
3. Psikolog dapat menjadi penilai bagi kasus-kasus madani/sivil. Termasuk didalamnya menetukan layak tidaknya seseorang masuk rumah sakit jiwa, kekerasan dalam keluarga, dan lain-lain.
4. Psikolog dapat juga mamperjuangkan hak untuk memberi/menolak pengobatan bagi seseorang.

5. Psikolog diharapkan dapat memprediksi bahaya yang mungkin berkaitan dengan seseorang. Misalnya, dampak baik/buruknya mempersenjatai seseorang. Psikolog diharapkan tahu motivasi, kebiasaan, dan daya kendali seseorang.
6. Psikolog diharapkan dapat memberikan treatment yang sesuai dengan kebutuhan.
7. Psikolog diharapkan dapat menjalankan fungsi sebagai konsultandan melakukan penelitian dibidang psikologi forensik.

Menurut Nietzel ada lima pembahasan pokok psikologi forensik :
1. Kompetensi untuk menjalani proses pengadilan serta tanggung jawab kriminal.
2. Kerusakan psikologis yang mungkin terjadi dalam pengadila sipil.
3. Kompetensi sipil.
4. Otopsi psikologis dan criminal profiling
5. Hak asuh anak dan kelayakan orang tua (parental fitness)
Yang dimaksud dengan otopsi psikologi adalah kegiatan psikolog untuk melakukan asessment terhadap seseorang yang sudah meninggal. Asessem ini diminta oleh pengadilan untuk mengetahui keadaan psikis orang itu sebelum meninggal. Selanjutnya dapat diketahui penyabab kematian (bunuh diri, kecelakaan, dan lain-lain). Ini dilakukan unutk menentukan wajib/tidaknya suatu perusahan memberi kompensasi kepada keluarga korban.
Crirminal profeling memiliki persamaan dengan otopsi psikologis. Keduanya sama-sama menentukan keadaan psikis atas data-data yang ditinggalkan seseorang. Pertanyaan dalam criminal profiling adalah siapa yang melakukan –pelaku belum diketahui. Perbuatan kriminal sering kali meninggalkan jejak. Criminal frofiling bertujuan untuk mencari pelaku dan penyebabnya berdasarkan tanda-tanda yang ditinggalkan.



Selasa, 30 Maret 2010

teori psikososial Albert Bandura

Sejarah singkat teori belajar sosial dan tokohnya

Teori belajar sosial datang dari banyak peneliti yang bekerja sepanjang 60 tahun lebih dari pendekatan teori yang lain, mempelajari teori belajar sosial bertanggung jawab untuk memberikan karya ilmiah pada psikologi perkembangan.
Teori belajar datang dari Amerika kemudian teori ini berkembang di eropa dan kemudian dipengaruhi oleh psikologi amerika utara. Teori belajar sudah menjadi sebagian kebudayaan kita dan sudah memasuki bahasa seperti behaviorisme, teori skinner tentang “Skinner Box” dan penguatan.
Sesudah beberapa dasawarsa, aktivitas penelitian teori belajar menemui kesulitan. Sebagian ketidakpuasan berasal dari penelitian lisan belajar yang belum menjelaskan tentang memory atau belajar. Terdapat bukti baru yang menyarankan ahli biologis untuk membatasi atau mengubah undang-undang. Seseorang memilih beberapa jenis belajar yang lebih mudah dari pada orang lain. Misalnya tikus belajar untuk menghubungkan penciuman dengan rasa tetapi tidak dengan lampu atau bunyi (Garcia & Koelling, 1996). Sekaligus, mempelajari teori menghadapi tantangan eksternal. Noam Chomsky (1959) membantah pendapat Skinner dari perolehan bahasa yang merupakan pukulan serius karena menunjukkan pendekatan belajar yang tidak bisa menerangkan perolehan keterampilan sama kompleksnya dengan bahasa.
Tokoh teori belajar sosial yang terkenal adalah Albert Bandura (lahir pada tahun 1925). Dia adalah seorang psikolog berkebangsaan amerika lulusan universitas Stanford amerika serikat. Pada mulanya Bandura adalah psikolog beralira Behaviorisme, Bandura memandang bahwa tingkah laku bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R bond) melainkan juga akibat yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.

Asumsi utama teori belajar sosial adalah bahwa orang melakukan perilaku dengan cara yang memungkinkan timbulnya penguatan. Penguatan yang mengendalikan ekspresi tingkah laku yang dipelajari bersifat :
- Langsung yakni ganjaran nyata, dukungan atau celaan sosial pengurangan kondisi afersif
- Dari orang lain, pengamatan terhadap orang yang serupa dengan perilakunya
- Dilakukan sendiri, evaluasi tentang penampilan diri sendiri dengan memuji atau mencela diri sendiri
Menurut ahli teori belajar sosial, tindakan seseorang dalam situasi tertentu tergantung pada karakteristik khusus situasi tersebut, penilaian orang itu mengenai situasi tersebut, penguatan masa lampau terhadap perilaku dalam situasi yang serupa/pengamatan terhadap orang lain dalam situasi yang sama.
Dalam memprediksi perilaku seseorang dalam situasi tertentu ahli teori belajar sosial lebih menekankan makna penting perbedaan perkembangan kognitif dan pengalaman belajar sosial daripada trait motivasional (seperti agresi/ketergantungan) perbedaan individual yang berinteraksi dengan kondisi situasional untuk mempengaruhi perilaku :
- Kompetensi
- Strategi kognitif
- Dugaan
- Nilai-nilai subyektif
- Rencana dan sistem pengaturan diri

PEMBELAJARAN
Satu asumsi paling awal dan mendasar teori kognitif sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam kecakapan bersikap maupun berperilaku, dan bahwa titik pembelajaran terbaik dari semua ini adalah pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious experiences).
☻ Pembelajaran dengan Mengamati (Observational Learning)
Bandura yakin bahwa tindakan mengamati memberikan ruang bagi manusia untuk belajar tanpa berbuat apa pun. Manusia mengamati fenomena alam, tumbuhan, hewan, air terjun, gerakan bulan dan bintang, dan seterusnya, tetapi yang lebih penting bagi teori kognitif sosial adalah manusia belajar dengan mengamati perilaku orang lain.
Pembelajaran manusia yang utama adalah dengan mengamati model-model, dan pengamatan inilah yang terus-menerus diperkuat. Bandura (1986, 2003) yakin bahwa pembelajaran dengan mengamati jauh lebih efisien daripada pembelajaran dengan mengalami langsung.
☻ Pemodelan
Inti pembelajaran dengan mengamati adalah pemodelan (modelling). Yaitu, pemodelan melibatkan proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru, lebih dari sekedar menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain karena sudah melibatkan perepresentasian informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan.
Faktor yang menentukan seseorang belajar dari model atau tidak, yaitu: Pertama, karakteristik model sangat penting. Kedua, konsekuensi dari perilaku yang dimodelkan dapat memberikan efek bagi pengamatnya.
☻ Proses-Proses yang Mengatur Pembelajaran dengan Mengamati, Empat proses yang mengatur pembelajaran dengan mengamati:
1. Perhatian: Pertama, memiliki kesempatan untuk mengamati individu yang padanya kita sering mengasosiasikan diri. Kedua, model-model yang atraktif lebih banyak diamati daripada yang tidak figur-figur populer di televisi, olahraga atau film sering kali diburu-buru beritanya.
2. Representasi: Agar pengamatan dapat membawa kita kepada pola-pola respons yang baru, pola-pola tersebut harus direpresentasikan secara simbolis di dalam memori.
3. Produksi Perilaku: Setelah memberi perhatian kepada sebuah model dan mempertahankan apa yang sudah diamati, kita akan menghasilkan perilaku. Untuk mengubah representasi kognitif menjadi tindakan yang tepat, kita harus menanyakan pada diri sendiri beberapa pertanyaan tentang perilaku yang dijadikan model.
4. Motivasi: Pembelajaran dengan mengamati paling efektif ketika subjek yang belajar termotivasikan untuk melakukan perilaku yang dimodelkan.
☻ Pembelajaran dengan Bertindak (Enactive Learning)
Bandura yakin bahwa perilaku yang kompleks dapat dipelajari ketika manusia memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut. Konsekuensi-konsekuensi sebuah respons memiliki tiga fungsi. Pertama, konsekuensi-konsekuensi respons menginformasikan efek-efek tindakan. Kedua, konsekuensi-konsekuensi respons memotivasi perilaku antisipatif. Ketiga, konsekuensi respons-respons memperkuat perilaku.
Bandura (1986) yakin bahwa meskipun penguatan sering kali tidak disadari dan bekerja otomatis namun, campur tangan kognitif juga mempengaruhi pola-pola perilaku yang kompleks. Dia yakin bahwa pembelajaran jauh lebih efisien ketika pembelajar secara kognitif terlibat di dalam situasi pembelajaran dan memahami perilaku mana yang dapat menghasilkan respons-respons yang tepat.
Bandura percaya bahwa perilaku baru dapat dicapai lewat dua jenis pembelajaran utama: pembelajaran dengan mengamati dan pembelajaran dengan bertindak.

PENYEBAB RESIPROK TRIADIK
Teori kognitif sosialnya meyakini fungsi psikologis bekerja dalam bentuk penyebab resiprok triadik. Sistem ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi tiga variabel yaitu lingkungan, perilaku dan pribadi.

KEAGENAN MANUSIA
Teori kognitif sosial mengambil sudut pandang keagenan terhadap kepribadian, artinya manusia memiliki kapasitas untuk melatih kendali atas hidupnya. Keagenan manusia (human agency) merupakan esensi kemanusiaan. Bandura (2001) yakin bahwa manusia adalah makhluk yang sanggup mengatur dirinya, proaktif, reflektif, dan mengorganisasikan diri, selain memiliki juga kekuatan untuk memengaruhi tindakan mereka sendiri demi menghasilkan konsekuensi yang diinginkan.
☻ Ciri-Ciri Utama Keagenan Manusia
1. Intensionalitas, mengacu kepada tindakan-tindakan yang dilakukan dengan intensi tertentu.
2. Prediksi, manusia saat menetapkan tujuan, mengantisipasi hasil tindakan, dan memilih perilaku mana yang dapat menghasilkan keluaran yang diinginkan serta menghindari yang tidak diinginkan.
3. Refleksi diri, manusia adalah penguji fungsi dirinya sendiri, yang dapat memikirkan dan mengevaluasi sendiri motivasi, nilai, makna, dan tujuan hidupnya, bahkan sanggup memikirkan ketepatan pemikirannya sendiri.
4. Kepercayaan diri, keyakinan bahwa mereka sanggup melakukan tindakan-tindakan yang akan menghasilkan efek yang diinginkan.
☻ Kemampuan Diri untuk Memengaruhi Hasil yang Diharapkan (Self-Efficacy)
Bandura (2001) mendefinisikan self efficacy ”keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya,” dan dia juga yakin kalau ”self-efficacy adalah fondasi keagenan manusia.”
Bandura membedakan antara ekspektasi-kemampuan-memengaruhi-hasil (efficacy expectation) dan ekspektasi hasil (outcome expectation). Ekspektasi-kemampuan-memengaruhi-hasil mengacu pada keyakinan manusia bahwa mereka memiliki kesanggupan untuk melakukan perilaku tertentu, sementara ekspektasi hasil mengacu kepada prediksi terhadap konsekuensi dari perilaku yang diinginkan.
Self-Efficacy pribadi didapatkan, dikembangkan, atau diturunkan melalui satu atau dari kombinasi dari empat sumber berikut (Bandura, 1997):
1. Pengalaman-Pengalaman tentang Penguasaan. Sumber paling berpengaruh bagi self-efficacy adalah pengalaman-pengalaman tentang penguasaan (mastery experiences), yaitu performa-performa yang sudah dilakukan di masa lalu (Bandura, 1997).
2. Pemodelan Sosial. Yaitu pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious experiences) yang disediakan orang lain.
3. Persuasi Sosial. Self-efficacy dapat juga diraih atau dilemahkan lewat persuasi social. Efek-efek dari sumber ini agak terbatas namun, dalam kondisi yang tepat, persuasi orang lain dapat meningkatkan atau menurunkan self-efficacy.
4. Kondisi Fisik dan Emosi. Emosi yang kuat biasanya menurunkan tingkat performa. Ketika mengalami rasa takut yang besar, kecemasan yang kuat dan tingkat stres yang tinggi, manusia memiliki ekspektansi self-efficacy yang rendah.

PENGATURAN DIRI
☻ Faktor-Faktor Eksternal Pengaturan Diri
1. Faktor eksternal menyediakan standar untuk mengevaluasi perilaku kita sendiri.
2. Faktor-faktor eksternal memengaruhi pengaturan diri dengan menyediakan cara-cara penguatan.
☻ Faktor-Faktor Internal Pengaturan Diri
1. Observasian Diri (Self-Observation) terhadap performa yang sudah dilakukan. Manusia sanggup memonitor penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat.
2. Proses Penilaian (Judgmental Process) membantu meregulasi perilaku melalui proses mediasi kognitif. Proses penilaian bergantung pada empat hal: standar pribadi, performa-performa acuan, nilai aktivitas, dan penyempurnaan performa.
3. Reaksi Diri (Self Reaction). Manusia merespons positif atau negatif perilaku mereka tergantung kepada bagaimana perilaku ini diukur dan apa standar pribadinya.

PERILAKU YANG DISFUNGSIONAL
☻ Depresi
Standar pribadi dan tujuan yang tinggi dapat mengarahkan kita kepada pencapaian dan kepuasan diri. Namun ketika manusia menetapkan tujuan terlalu tinggi, mereka akan lebih mudah gagal. Kegagalan sering membawa manusia kepada depresi, kemudian memandang rendah nilai pencapaian mereka sebelumnya.
Depresi disfungsional dapat terjadi di salah satu subfungsi pengaturan diri: Pertama, selama observasi diri, manusia bisa keliru menilai performa mereka atau mendistorsi memori tentang pencapaian di masa lalu. Kedua, pribadi yang depresi lebih mudah membuat penilaian yang keliru.
☻ Fobia-Fobia
Fobia adalah rasa takut yang cukup kuat dan bertahan lama, cukup untuk memberikan efek yang melumpuhkan seseorang dalam hidup sehari-harinya. Fobia dan rasa takut dipelajari melalui kontak langsung, generalisasi yang tidak tepat, khususnya dari pengalaman mengamati. Fobia sulit dihilangkan karena pribadi yang mengalaminya berusaha keras menghindari objek yang mengancam dirinya.
Perilaku disfungsional (penghindaran) terbentuk dan dipertahankan oleh interaksi mutual ekspektansi seseorang (keyakinan bahwa mereka akan diserang), lingkungan eksternal (taman kota), dan faktor-faktor perilaku (pengalaman mereka sebelumnya dengan rasa takut).
☻ Agresi
Menurut Bandura, perilaku agresif terbentuk dari mengobservasi orang lain, pengalaman langsung dengan penguatan positif dan negatif, pelatihan, atau instruksi, dan keyakina yang ganjil. Bandura, Dorrie Ross, dan Sheila Ross (1963) menemukan bahwa anak-anak yang mengamati orang lain bersikap agresif menunjukkan perilaku lebih agresif daripada kelompok terkontrol anak yang tidak melihat tindakan agresif.
Beberapa orang berpendapat bahwa anak-anak yang melihat perilaku kekerasan ditelevisi akan memiliki efek merusak pada anak. Artinya, anak-anak yang mengalami agresi terang-terangan akan lebih termotivasi untuk bertindak dengan cara-cara yang agresif. Bandura, Ross & Ross (1963) membuktikan bahwa kekerasan di televisi tidak menghentikan sifat agresi penontonnya, malah semakin menambah sikap agresif penontonnya.

TERAPI
Tujuan utama terapi kognitif sosial adalah pengaturan diri. Terapis harus menggunakan strategi, yaitu menggeneralisasikan perubahan itu ke situasi lain, dan mempertahankan perubahan-perubahan itu dengan mencegah pasien jatuh kembali ke perilaku yang sama.
Bandura (1986) menyarankan sejumlah pendekatan dasar terapi. Pertama adalah pemodelan menyolok atau terang-terangan. Kedua pemodelan tersamar atau kognitif, terapis melatih pasien untuk memvisualisasikan model melakukan perilaku yang menakutkannya. Ketiga penguasaan tindakan, meminta pasien melakukan sejumlah perilaku yang menghasilkan ketakutan yang menyimpang.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR SOSIAL
• Kelebihan
1. Berfokus pada situasi yang mempengaruhi perilaku
Satu karakteristik dari struktural, trait, dan teori organisme adalah bahwa mereka menempatkan penyebab perilaku utama di dalam diri seseorang dan oleh karena itu teori ini meramalkan bahwa seseorang akan bertindak sama pada situasi yang berbeda. Dengan begitu Freud, mengharapkan seorang anak dengan superego yang kuat menjadi sangat sulit dikontrol dalam kebanyakan situasi. Pada hal yang sama Piaget relatif tidak tertarik pada kenyataannya bahwa konservasi diperoleh untuk area tertentu sebelum yang lainnya atau memperoleh sebagian pengetahuan baru boleh jadi diperlihatkan di dalam situasi yang lainnya. Teori belajar, pada lawannya telah mengambil cara berpendirian berperilaku seseorang pada kenyataannya jenis tipikal dari situasi ke situasi yang lain, tergantung pada stimulus dan penguat yang ditemukan pada masing-masing situasi dan pada pengalaman masa lalu apakah yang diperoleh seseorang pada situasi tersebut.
2. Berfokus pada alat pengamatan, perilaku sosial emosional dan motivasi
Walaupun banyak ahli teori yang mengakui bahwa pikiran dalam suatu konteks sosial, mereka tidak banyak menyediakan keterangan yang detail. Pembatasan ini adalah suatu masalah yang serius. Ada 2 pertanyaan inti di sini yaitu: pertama, bagaimana pengalaman sosial mempengaruhi perkembangan kognitif? Berkenaan dengan pertanyaan pertama, teori belajar sosial menguraikan bagaimana modeling, instruksi dari lainnya dan pelajaran seolah mengalami sendiri tentang hukuman dan penguatan mengabarkan informasi untuk anak-anak. Banyak informasi baru yang datang dari yang lainnya dibanding dari trial and error yang langsung dialami oleh dunia fisik. Bahkan gaya pengolahan informasi, seperti pengambilan keputusan yang mengikuti kata hati dapat ditiru. Kedua, bagaimana cara pengembangan teori mempengaruhi pemahaman peristiwa sosial anak-anak? Berkenaan dengan pertanyaan ini, jawaban Bandura adalah perkembangan kognitif pengertian sosial dengan cara berikut ketika anak-anak menjadi semakin terampil dalam mengambil keputusan, mewakili peristiwa secara simbolis, menggunakan strategi memori dan menyusun kembali pengetahuan yang lalu, hal ini menjadi lebih efisien pada pemahaman perilaku yang mereka amati.
3. Memberikan pengertian tentang gejala-gejala perkembangan anak.
4. Memberikan pengertian mengenai peranan interaksi antara lingkungan dengan anak, misalnya : ibu dengan anaknya yang sedang belajar bahasa.
• Kelemahan
1. Perhatian tentang perkembangan kognitif tidak cukup
Teori Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bagaimanapun, alam dari sistem kognitif, bagaimana itu berkembang, dan bagaiman pengembangan ini mempengaruhi penelitian belajar mengutamakan untuk keberhasilan. Walaupun teori ini telah bebas mengadopsi teori pengolahan informasi yang telah diperhitungkan dari pemikiran, hanya gambaran umum yang diperhitungkan, seperti penyajian simbolis, perhatian, penyimpanan informasi, konstruksi aturan dan verifikasi.

KESIMPULAN

Teori belajar sosial adalah sebuah teori belajar yang relative masih baru dengan teori belajar lainnya. Salah satu tokohnya adalah Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika Serikat.
Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak, faktor sosial dan kognitif.
Teori belajar sosial melalui tekanannya pada penelitian variable yang menimbulkan perilaku tertentu. Kita bukan reactor pasif terhadap kondisi situasional. Hubungan antara perilaku dan situasi yang kita jumpai dalam kehidupan bersifat timbal balik. Melalui tindakannya sendiri orang menciptakan kondisi lingkungan yang mempengaruhi perilakunya. Teori ini menuntun kita untuk melihat tindakan manusia sebagai reaksi terhadap lingkungan tertentu dan untuk memperhatikan cara lingkungan mengontrol perilaku, serta cara mengubah lingkungan untuk memodifikasi perilaku, penerapan prinsip dapat menimbulkan maladaptive.

DAFTAR PUSTAKA

Feist, J., dan Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.